Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Sebelas Maret pada Selasa (18/6) menyelenggarakan kegiatan pelatihan bagi para Guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang ada di Kota Surakarta. Agus Tri Susilo, M.Pd. selaku ketua kegiatan tersebut menyatakan bahwa mitra kerjasama program kemitraan masyarakat ini adalah kelompok Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Sekolah Menengah Pertama dan Atas (SMP dan SMA) Kota Surakarta. Pak Agus, sapaan akrab ketua kegiatan ini, mengatakan bahwa rasionalisasi pemilihan subjek pelatihan didasarkan pada hasil analisis kebutuhan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling merasa kurang memiliki kompetensi dalam menyelesaikan permasalahan peserta didik kaitannya dengan peristiwa yang menyebabkan krisis dan trauma yang mendalam. Selama ini para peserta didik merasa kurang percaya diri dan terkesan kurang memiliki respectful mind saat menjumpai permasalahan traumatik, padahal berhasil atau gagalnya peserta didik dalam melewati krisis dan trauma psikologis memberi pengaruh pada tahap kehidupan selanjutnya.
Pelatihan konseling traumatik ini diharapkan dapat membantu Guru Bimbingan dan Konseling dalam menyelenggarakan layanan konseling traumatik pada para siswanya. Kegiatan pelatihan ini menggunakan KOMIK EL-BIO yaitu layanan konseling traumatik dengan electronic-bibliocounseling. KOMIK EL-BIO adalah sebuah pelatihan layanan konseling dalam upaya mereduksi Intrusive Symptoms (gejala yang mengganggu) berupa proses re-experiencing (mengalami peristiwa tersebut lagi dan terus menerus melalui halusinasi, mimpi, lamunan dan lain – lain), Avoidance Symptoms (menjauh atau menghindari dari tempat maupun sesuatu yang memicu trauma) dan Arousal Symptoms (respon menjerit karena ketakutan dengan berlebih dan tidak bisa dikendalikan). Secara keseluruhan tahapan-tahapan konseling traumatik yaitu: (1) tahap awal konseling; (2) tahap kerja; dan (3) tahap akhir konseling. Pada proses pelaksanaan tahapan konseling bertujuan agar peserta didik mampu: (1) berpikir realistis bahwa peristiwa krisis dan trauma menjadi bagian dari kehidupan; (2) memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang menimbulkan trauma; (3) memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan trauma; (4) belajar ketrampilan baru untuk mengatasi trauma (Muro and Kottman). Pada tahapan konseling ini menggunakan teknik electronic-bibliocounseling yaitu sebuah proses dari hubungan yang dinamik antara kepribadian individu dengan buku atau literatur, yang selanjutnya bisa digunakan sebagai asesmen, pengaturan dan pertumbuhan individu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Materi yang diajarkan antara lain Psychological First Aid (PFA) atau pertolongan pertama saat terjadi peristiwa krisis dan traumatik. Materi selanjutnya disampaikan oleh tim pengabdian yaitu tentang Electronic-Bibliocounseling, Insight Photo Therapy, Impact Counseling dan Narrative counseling. Pada pertemuan selanjutnya, Guru-guru BK diminta untuk melakukan simulasi sebagai wujud experiential learning dari materi yang telah diberikan. Berdasarkan instrumen proses dari pelaksanaan kegiatan menunjukkan antusiasme, semangat, ketertarikan serta kesungguhan para guru mengikuti kegiatan yang bagi mereka adalah hal baru yang selama ini belum pernah diimplementasikan di sekolah. Kemudian melalui evaluasi hasil menunjukkan bahwa para guru mampu memahami, merancang dan melaksanakan teknik-teknik komik el-bio dengan kategori baik.
Selanjutnya, harapan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bagi guru-guru BK SMP dan SMA di Surakarta dalam upaya peningkatan kualitas layanan psikologis kepada peserta didik, khususnya kaitannya dengan salah satu komponen program BK Komprehensif yaitu layanan responsif melalui pelatihan Konseling Traumatik.
Pelatihan ini sekaligus menjawab tantangan bagi guru BK dalam pelaksanaan brief counseling, sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa alokasi waktu layanan bimbingan dan konseling sangatlah terbatas. Maka dari itu, layanan konseling perlu dikemas dengan insight yang lain agar keilmuan dan eksistensi bimbingan dan konseling di sekolah senantiasa up to date dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (RRH)